Pengelolaan energi perlu
dilakukan mengingat sumber energi semakin menipis, contohnya bahan bakar fosil.
Juga meningkatnya efek rumah kaca. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengelolaan energi
cerdas yang merupakan pengembangan dari konsep sebelumnya, agar dapat
meningkatkan efektivitas penggunaan energi. Dengan ini akan dilakukan
pengendalian secara menyeluruh terhadap seluruh variable dari sisi pembangkitan
sampai sisi pengguna akhir.
Keberadaan pembangkit energi alternative
memunculkan variable-variabel baru dalam jaringan penyebaran listrik yang
meminta peninjauan kembali keseimbangan pengasupan energi dari pembangkit
berbeda untuk menjaga permintaan listrik tetap stabil. Pengelolaan energi ini
disebut smart grid.
Cloud computing diaplikasikan
dalam sistem smart grid ini untuk mengakomodir semua variable smart grid dalam
satu operasi yang dapat diakses darimana saja, dan dapat memuat semua media,
data dan aplikasi yang dibutuhkan client dalam satu server sehingga apa yang
perlu dilakukan oleh client adalah cukup sekedar input data dan atau menerima
outputnya. Hal ini didasari oleh teknologi distributed computing atau dengan
grid computing.
Smart grid adalah istilah untuk
pemodernisasian sistem pengelolaan enrgi listrik yang dapat dimonitor, dijaga
dan dioptimalkan operasi antar elemen interkoneksinya. Mengimplementasikan cloud
computing kedalam sistem yatu dengan menghubungkan komponen-komponen smart grid
kedalam satu jaringan komputasi, kemudian setiap komponen tersebut berinteraksi
dan saling memberikan informasi mengenai tiap titik pengamatan. Dengan cloud
computing maka sistem smart grid akan ditambahkan beberapa pusat data, yaitu :
panel pengamatan, panel operasi, pusat data, dan antar muka pengalamatan dan control.
Kelebihan dan kekurangan
implementasi cloud computing dalam sistem smart grid
Kelebihan
1. Sistem
komunikasi awan akan memfasilitasi sistem keamanan sentral dan mengakomodasi
pembaharuan media masa depan dengan kemudahan upgrade sistem, juga membantu
pengembangan interopable sistem.
2. Komputasi
awan mampu memberikan suatu sistem yang menjamin kerahasiaan, integritas, dan
ketersediaan.
3. Manajemen
data termasuk seperti identifikasi data, validasi, akurasi, updating,
time-tagging, konsistensi antar
database, dll. Merupakan manajemen real time yang dimudahkan dengan pemusatan
data di komputasi awan. Teknik dan model data seperti data-warehousing dan data
mining sering diterapkan untuk menangani sejumlah besar sinkronisasi dan
rekonsiliasi yang diperlukan diantara
database yang telah ada dan database yang baru muncul. Komputasi awan juga
terspesialisasi untuk menangani data dalam skala besar.
Kekurangan
1. Sistem
sentralisasi yang dianut oleh komputasi awan membuat seluruh informasi dalam
smart grid ditangani dalam satu awan. Artinya disini diperlukan spesifikasi
awan yang berbanding lurus dengan besarnya sistem yang dilayani oleh smart
grid. Makin besar sistem, makin besar bandwidth yang diperlukan dan makin
tinggi spesifikasi server yang harus terpasang. Hal ini akan berdampak pada
biaya instalasi dan biasa pemeliharaan terhadap infrastruktur awan terpasang.
2. Komputasi
awan adalah teknologi distribusi baru sehingga memerlukan personel operator yang
bisa beradaptasi dengan teknologi baru ini. Training personel akan diperlukan
dalam beberapa sisi dan rekruitmen personel akan menstabilkan bagian khusus di
awan. Nara sumber akan diperlukan untuk melakukan penyesuaian dalam beberapa
expert sistem. Pengelolaan energi perlu
dilakukan mengingat sumber energi semakin menipis, contohnya bahan bakar fosil.
Juga meningkatnya efek rumah kaca. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengelolaan energi
cerdas yang merupakan pengembangan dari konsep sebelumnya, agar dapat
meningkatkan efektivitas penggunaan energi. Dengan ini akan dilakukan
pengendalian secara menyeluruh terhadap seluruh variable dari sisi pembangkitan
sampai sisi pengguna akhir.
Keberadaan pembangkit energi alternative
memunculkan variable-variabel baru dalam jaringan penyebaran listrik yang
meminta peninjauan kembali keseimbangan pengasupan energi dari pembangkit
berbeda untuk menjaga permintaan listrik tetap stabil. Pengelolaan energi ini
disebut smart grid.
Cloud computing diaplikasikan
dalam sistem smart grid ini untuk mengakomodir semua variable smart grid dalam
satu operasi yang dapat diakses darimana saja, dan dapat memuat semua media,
data dan aplikasi yang dibutuhkan client dalam satu server sehingga apa yang
perlu dilakukan oleh client adalah cukup sekedar input data dan atau menerima
outputnya. Hal ini didasari oleh teknologi distributed computing atau dengan
grid computing.
Smart grid adalah istilah untuk
pemodernisasian sistem pengelolaan enrgi listrik yang dapat dimonitor, dijaga
dan dioptimalkan operasi antar elemen interkoneksinya. Mengimplementasikan cloud
computing kedalam sistem yatu dengan menghubungkan komponen-komponen smart grid
kedalam satu jaringan komputasi, kemudian setiap komponen tersebut berinteraksi
dan saling memberikan informasi mengenai tiap titik pengamatan. Dengan cloud
computing maka sistem smart grid akan ditambahkan beberapa pusat data, yaitu :
panel pengamatan, panel operasi, pusat data, dan antar muka pengalamatan dan control.
Kelebihan dan kekurangan
implementasi cloud computing dalam sistem smart grid
Kelebihan
1. Sistem
komunikasi awan akan memfasilitasi sistem keamanan sentral dan mengakomodasi
pembaharuan media masa depan dengan kemudahan upgrade sistem, juga membantu
pengembangan interopable sistem.
2. Komputasi
awan mampu memberikan suatu sistem yang menjamin kerahasiaan, integritas, dan
ketersediaan.
3. Manajemen
data termasuk seperti identifikasi data, validasi, akurasi, updating,
time-tagging, konsistensi antar
database, dll. Merupakan manajemen real time yang dimudahkan dengan pemusatan
data di komputasi awan. Teknik dan model data seperti data-warehousing dan data
mining sering diterapkan untuk menangani sejumlah besar sinkronisasi dan
rekonsiliasi yang diperlukan diantara
database yang telah ada dan database yang baru muncul. Komputasi awan juga
terspesialisasi untuk menangani data dalam skala besar.
Kekurangan
1. Sistem
sentralisasi yang dianut oleh komputasi awan membuat seluruh informasi dalam
smart grid ditangani dalam satu awan. Artinya disini diperlukan spesifikasi
awan yang berbanding lurus dengan besarnya sistem yang dilayani oleh smart
grid. Makin besar sistem, makin besar bandwidth yang diperlukan dan makin
tinggi spesifikasi server yang harus terpasang. Hal ini akan berdampak pada
biaya instalasi dan biasa pemeliharaan terhadap infrastruktur awan terpasang.
2. Komputasi
awan adalah teknologi distribusi baru sehingga memerlukan personel operator yang
bisa beradaptasi dengan teknologi baru ini. Training personel akan diperlukan
dalam beberapa sisi dan rekruitmen personel akan menstabilkan bagian khusus di
awan. Nara sumber akan diperlukan untuk melakukan penyesuaian dalam beberapa
expert sistem. Pengelolaan energi perlu
dilakukan mengingat sumber energi semakin menipis, contohnya bahan bakar fosil.
Juga meningkatnya efek rumah kaca. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengelolaan energi
cerdas yang merupakan pengembangan dari konsep sebelumnya, agar dapat
meningkatkan efektivitas penggunaan energi. Dengan ini akan dilakukan
pengendalian secara menyeluruh terhadap seluruh variable dari sisi pembangkitan
sampai sisi pengguna akhir.
Keberadaan pembangkit energi alternative
memunculkan variable-variabel baru dalam jaringan penyebaran listrik yang
meminta peninjauan kembali keseimbangan pengasupan energi dari pembangkit
berbeda untuk menjaga permintaan listrik tetap stabil. Pengelolaan energi ini
disebut smart grid.
Cloud computing diaplikasikan
dalam sistem smart grid ini untuk mengakomodir semua variable smart grid dalam
satu operasi yang dapat diakses darimana saja, dan dapat memuat semua media,
data dan aplikasi yang dibutuhkan client dalam satu server sehingga apa yang
perlu dilakukan oleh client adalah cukup sekedar input data dan atau menerima
outputnya. Hal ini didasari oleh teknologi distributed computing atau dengan
grid computing.
Smart grid adalah istilah untuk
pemodernisasian sistem pengelolaan enrgi listrik yang dapat dimonitor, dijaga
dan dioptimalkan operasi antar elemen interkoneksinya. Mengimplementasikan cloud
computing kedalam sistem yatu dengan menghubungkan komponen-komponen smart grid
kedalam satu jaringan komputasi, kemudian setiap komponen tersebut berinteraksi
dan saling memberikan informasi mengenai tiap titik pengamatan. Dengan cloud
computing maka sistem smart grid akan ditambahkan beberapa pusat data, yaitu :
panel pengamatan, panel operasi, pusat data, dan antar muka pengalamatan dan control.
Kelebihan dan kekurangan
implementasi cloud computing dalam sistem smart grid
Kelebihan
1. Sistem
komunikasi awan akan memfasilitasi sistem keamanan sentral dan mengakomodasi
pembaharuan media masa depan dengan kemudahan upgrade sistem, juga membantu
pengembangan interopable sistem.
2. Komputasi
awan mampu memberikan suatu sistem yang menjamin kerahasiaan, integritas, dan
ketersediaan.
3. Manajemen
data termasuk seperti identifikasi data, validasi, akurasi, updating,
time-tagging, konsistensi antar
database, dll. Merupakan manajemen real time yang dimudahkan dengan pemusatan
data di komputasi awan. Teknik dan model data seperti data-warehousing dan data
mining sering diterapkan untuk menangani sejumlah besar sinkronisasi dan
rekonsiliasi yang diperlukan diantara
database yang telah ada dan database yang baru muncul. Komputasi awan juga
terspesialisasi untuk menangani data dalam skala besar.
Kekurangan
1. Sistem
sentralisasi yang dianut oleh komputasi awan membuat seluruh informasi dalam
smart grid ditangani dalam satu awan. Artinya disini diperlukan spesifikasi
awan yang berbanding lurus dengan besarnya sistem yang dilayani oleh smart
grid. Makin besar sistem, makin besar bandwidth yang diperlukan dan makin
tinggi spesifikasi server yang harus terpasang. Hal ini akan berdampak pada
biaya instalasi dan biasa pemeliharaan terhadap infrastruktur awan terpasang.
2. Komputasi
awan adalah teknologi distribusi baru sehingga memerlukan personel operator yang
bisa beradaptasi dengan teknologi baru ini. Training personel akan diperlukan
dalam beberapa sisi dan rekruitmen personel akan menstabilkan bagian khusus di
awan. Nara sumber akan diperlukan untuk melakukan penyesuaian dalam beberapa
expert sistem. Pengelolaan energi perlu
dilakukan mengingat sumber energi semakin menipis, contohnya bahan bakar fosil.
Juga meningkatnya efek rumah kaca. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengelolaan energi
cerdas yang merupakan pengembangan dari konsep sebelumnya, agar dapat
meningkatkan efektivitas penggunaan energi. Dengan ini akan dilakukan
pengendalian secara menyeluruh terhadap seluruh variable dari sisi pembangkitan
sampai sisi pengguna akhir.
Keberadaan pembangkit energi alternative
memunculkan variable-variabel baru dalam jaringan penyebaran listrik yang
meminta peninjauan kembali keseimbangan pengasupan energi dari pembangkit
berbeda untuk menjaga permintaan listrik tetap stabil. Pengelolaan energi ini
disebut smart grid.
Cloud computing diaplikasikan
dalam sistem smart grid ini untuk mengakomodir semua variable smart grid dalam
satu operasi yang dapat diakses darimana saja, dan dapat memuat semua media,
data dan aplikasi yang dibutuhkan client dalam satu server sehingga apa yang
perlu dilakukan oleh client adalah cukup sekedar input data dan atau menerima
outputnya. Hal ini didasari oleh teknologi distributed computing atau dengan
grid computing.
Smart grid adalah istilah untuk
pemodernisasian sistem pengelolaan enrgi listrik yang dapat dimonitor, dijaga
dan dioptimalkan operasi antar elemen interkoneksinya. Mengimplementasikan cloud
computing kedalam sistem yatu dengan menghubungkan komponen-komponen smart grid
kedalam satu jaringan komputasi, kemudian setiap komponen tersebut berinteraksi
dan saling memberikan informasi mengenai tiap titik pengamatan. Dengan cloud
computing maka sistem smart grid akan ditambahkan beberapa pusat data, yaitu :
panel pengamatan, panel operasi, pusat data, dan antar muka pengalamatan dan control.
Kelebihan dan kekurangan
implementasi cloud computing dalam sistem smart grid
Kelebihan
1. Sistem
komunikasi awan akan memfasilitasi sistem keamanan sentral dan mengakomodasi
pembaharuan media masa depan dengan kemudahan upgrade sistem, juga membantu
pengembangan interopable sistem.
2. Komputasi
awan mampu memberikan suatu sistem yang menjamin kerahasiaan, integritas, dan
ketersediaan.
3. Manajemen
data termasuk seperti identifikasi data, validasi, akurasi, updating,
time-tagging, konsistensi antar
database, dll. Merupakan manajemen real time yang dimudahkan dengan pemusatan
data di komputasi awan. Teknik dan model data seperti data-warehousing dan data
mining sering diterapkan untuk menangani sejumlah besar sinkronisasi dan
rekonsiliasi yang diperlukan diantara
database yang telah ada dan database yang baru muncul. Komputasi awan juga
terspesialisasi untuk menangani data dalam skala besar.
Kekurangan
1. Sistem
sentralisasi yang dianut oleh komputasi awan membuat seluruh informasi dalam
smart grid ditangani dalam satu awan. Artinya disini diperlukan spesifikasi
awan yang berbanding lurus dengan besarnya sistem yang dilayani oleh smart
grid. Makin besar sistem, makin besar bandwidth yang diperlukan dan makin
tinggi spesifikasi server yang harus terpasang. Hal ini akan berdampak pada
biaya instalasi dan biasa pemeliharaan terhadap infrastruktur awan terpasang.
2. Komputasi
awan adalah teknologi distribusi baru sehingga memerlukan personel operator yang
bisa beradaptasi dengan teknologi baru ini. Training personel akan diperlukan
dalam beberapa sisi dan rekruitmen personel akan menstabilkan bagian khusus di
awan. Nara sumber akan diperlukan untuk melakukan penyesuaian dalam beberapa
expert sistem. Pengelolaan energi perlu
dilakukan mengingat sumber energi semakin menipis, contohnya bahan bakar fosil.
Juga meningkatnya efek rumah kaca. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengelolaan energi
cerdas yang merupakan pengembangan dari konsep sebelumnya, agar dapat
meningkatkan efektivitas penggunaan energi. Dengan ini akan dilakukan
pengendalian secara menyeluruh terhadap seluruh variable dari sisi pembangkitan
sampai sisi pengguna akhir.
Keberadaan pembangkit energi alternative
memunculkan variable-variabel baru dalam jaringan penyebaran listrik yang
meminta peninjauan kembali keseimbangan pengasupan energi dari pembangkit
berbeda untuk menjaga permintaan listrik tetap stabil. Pengelolaan energi ini
disebut smart grid.
Cloud computing diaplikasikan
dalam sistem smart grid ini untuk mengakomodir semua variable smart grid dalam
satu operasi yang dapat diakses darimana saja, dan dapat memuat semua media,
data dan aplikasi yang dibutuhkan client dalam satu server sehingga apa yang
perlu dilakukan oleh client adalah cukup sekedar input data dan atau menerima
outputnya. Hal ini didasari oleh teknologi distributed computing atau dengan
grid computing.
Smart grid adalah istilah untuk
pemodernisasian sistem pengelolaan enrgi listrik yang dapat dimonitor, dijaga
dan dioptimalkan operasi antar elemen interkoneksinya. Mengimplementasikan cloud
computing kedalam sistem yatu dengan menghubungkan komponen-komponen smart grid
kedalam satu jaringan komputasi, kemudian setiap komponen tersebut berinteraksi
dan saling memberikan informasi mengenai tiap titik pengamatan. Dengan cloud
computing maka sistem smart grid akan ditambahkan beberapa pusat data, yaitu :
panel pengamatan, panel operasi, pusat data, dan antar muka pengalamatan dan control.
Kelebihan dan kekurangan
implementasi cloud computing dalam sistem smart grid
Kelebihan
1. Sistem
komunikasi awan akan memfasilitasi sistem keamanan sentral dan mengakomodasi
pembaharuan media masa depan dengan kemudahan upgrade sistem, juga membantu
pengembangan interopable sistem.
2. Komputasi
awan mampu memberikan suatu sistem yang menjamin kerahasiaan, integritas, dan
ketersediaan.
3. Manajemen
data termasuk seperti identifikasi data, validasi, akurasi, updating,
time-tagging, konsistensi antar
database, dll. Merupakan manajemen real time yang dimudahkan dengan pemusatan
data di komputasi awan. Teknik dan model data seperti data-warehousing dan data
mining sering diterapkan untuk menangani sejumlah besar sinkronisasi dan
rekonsiliasi yang diperlukan diantara
database yang telah ada dan database yang baru muncul. Komputasi awan juga
terspesialisasi untuk menangani data dalam skala besar.
Kekurangan
1. Sistem
sentralisasi yang dianut oleh komputasi awan membuat seluruh informasi dalam
smart grid ditangani dalam satu awan. Artinya disini diperlukan spesifikasi
awan yang berbanding lurus dengan besarnya sistem yang dilayani oleh smart
grid. Makin besar sistem, makin besar bandwidth yang diperlukan dan makin
tinggi spesifikasi server yang harus terpasang. Hal ini akan berdampak pada
biaya instalasi dan biasa pemeliharaan terhadap infrastruktur awan terpasang.
2. Komputasi
awan adalah teknologi distribusi baru sehingga memerlukan personel operator yang
bisa beradaptasi dengan teknologi baru ini. Training personel akan diperlukan
dalam beberapa sisi dan rekruitmen personel akan menstabilkan bagian khusus di
awan. Nara sumber akan diperlukan untuk melakukan penyesuaian dalam beberapa
expert sistem. Pengelolaan energi perlu
dilakukan mengingat sumber energi semakin menipis, contohnya bahan bakar fosil.
Juga meningkatnya efek rumah kaca. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengelolaan energi
cerdas yang merupakan pengembangan dari konsep sebelumnya, agar dapat
meningkatkan efektivitas penggunaan energi. Dengan ini akan dilakukan
pengendalian secara menyeluruh terhadap seluruh variable dari sisi pembangkitan
sampai sisi pengguna akhir.
Keberadaan pembangkit energi alternative
memunculkan variable-variabel baru dalam jaringan penyebaran listrik yang
meminta peninjauan kembali keseimbangan pengasupan energi dari pembangkit
berbeda untuk menjaga permintaan listrik tetap stabil. Pengelolaan energi ini
disebut smart grid.
Cloud computing diaplikasikan
dalam sistem smart grid ini untuk mengakomodir semua variable smart grid dalam
satu operasi yang dapat diakses darimana saja, dan dapat memuat semua media,
data dan aplikasi yang dibutuhkan client dalam satu server sehingga apa yang
perlu dilakukan oleh client adalah cukup sekedar input data dan atau menerima
outputnya. Hal ini didasari oleh teknologi distributed computing atau dengan
grid computing.
Smart grid adalah istilah untuk
pemodernisasian sistem pengelolaan enrgi listrik yang dapat dimonitor, dijaga
dan dioptimalkan operasi antar elemen interkoneksinya. Mengimplementasikan cloud
computing kedalam sistem yatu dengan menghubungkan komponen-komponen smart grid
kedalam satu jaringan komputasi, kemudian setiap komponen tersebut berinteraksi
dan saling memberikan informasi mengenai tiap titik pengamatan. Dengan cloud
computing maka sistem smart grid akan ditambahkan beberapa pusat data, yaitu :
panel pengamatan, panel operasi, pusat data, dan antar muka pengalamatan dan control.
Kelebihan dan kekurangan
implementasi cloud computing dalam sistem smart grid
Kelebihan
1. Sistem
komunikasi awan akan memfasilitasi sistem keamanan sentral dan mengakomodasi
pembaharuan media masa depan dengan kemudahan upgrade sistem, juga membantu
pengembangan interopable sistem.
2. Komputasi
awan mampu memberikan suatu sistem yang menjamin kerahasiaan, integritas, dan
ketersediaan.
3. Manajemen
data termasuk seperti identifikasi data, validasi, akurasi, updating,
time-tagging, konsistensi antar
database, dll. Merupakan manajemen real time yang dimudahkan dengan pemusatan
data di komputasi awan. Teknik dan model data seperti data-warehousing dan data
mining sering diterapkan untuk menangani sejumlah besar sinkronisasi dan
rekonsiliasi yang diperlukan diantara
database yang telah ada dan database yang baru muncul. Komputasi awan juga
terspesialisasi untuk menangani data dalam skala besar.
Kekurangan
1. Sistem
sentralisasi yang dianut oleh komputasi awan membuat seluruh informasi dalam
smart grid ditangani dalam satu awan. Artinya disini diperlukan spesifikasi
awan yang berbanding lurus dengan besarnya sistem yang dilayani oleh smart
grid. Makin besar sistem, makin besar bandwidth yang diperlukan dan makin
tinggi spesifikasi server yang harus terpasang. Hal ini akan berdampak pada
biaya instalasi dan biasa pemeliharaan terhadap infrastruktur awan terpasang.
2. Komputasi
awan adalah teknologi distribusi baru sehingga memerlukan personel operator yang
bisa beradaptasi dengan teknologi baru ini. Training personel akan diperlukan
dalam beberapa sisi dan rekruitmen personel akan menstabilkan bagian khusus di
awan. Nara sumber akan diperlukan untuk melakukan penyesuaian dalam beberapa
expert sistem. Pengelolaan energi perlu
dilakukan mengingat sumber energi semakin menipis, contohnya bahan bakar fosil.
Juga meningkatnya efek rumah kaca. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengelolaan energi
cerdas yang merupakan pengembangan dari konsep sebelumnya, agar dapat
meningkatkan efektivitas penggunaan energi. Dengan ini akan dilakukan
pengendalian secara menyeluruh terhadap seluruh variable dari sisi pembangkitan
sampai sisi pengguna akhir.
Keberadaan pembangkit energi alternative
memunculkan variable-variabel baru dalam jaringan penyebaran listrik yang
meminta peninjauan kembali keseimbangan pengasupan energi dari pembangkit
berbeda untuk menjaga permintaan listrik tetap stabil. Pengelolaan energi ini
disebut smart grid.
Cloud computing diaplikasikan
dalam sistem smart grid ini untuk mengakomodir semua variable smart grid dalam
satu operasi yang dapat diakses darimana saja, dan dapat memuat semua media,
data dan aplikasi yang dibutuhkan client dalam satu server sehingga apa yang
perlu dilakukan oleh client adalah cukup sekedar input data dan atau menerima
outputnya. Hal ini didasari oleh teknologi distributed computing atau dengan
grid computing.
Smart grid adalah istilah untuk
pemodernisasian sistem pengelolaan enrgi listrik yang dapat dimonitor, dijaga
dan dioptimalkan operasi antar elemen interkoneksinya. Mengimplementasikan cloud
computing kedalam sistem yatu dengan menghubungkan komponen-komponen smart grid
kedalam satu jaringan komputasi, kemudian setiap komponen tersebut berinteraksi
dan saling memberikan informasi mengenai tiap titik pengamatan. Dengan cloud
computing maka sistem smart grid akan ditambahkan beberapa pusat data, yaitu :
panel pengamatan, panel operasi, pusat data, dan antar muka pengalamatan dan control.
Kelebihan dan kekurangan
implementasi cloud computing dalam sistem smart grid
Kelebihan
1. Sistem
komunikasi awan akan memfasilitasi sistem keamanan sentral dan mengakomodasi
pembaharuan media masa depan dengan kemudahan upgrade sistem, juga membantu
pengembangan interopable sistem.
2. Komputasi
awan mampu memberikan suatu sistem yang menjamin kerahasiaan, integritas, dan
ketersediaan.
3. Manajemen
data termasuk seperti identifikasi data, validasi, akurasi, updating,
time-tagging, konsistensi antar
database, dll. Merupakan manajemen real time yang dimudahkan dengan pemusatan
data di komputasi awan. Teknik dan model data seperti data-warehousing dan data
mining sering diterapkan untuk menangani sejumlah besar sinkronisasi dan
rekonsiliasi yang diperlukan diantara
database yang telah ada dan database yang baru muncul. Komputasi awan juga
terspesialisasi untuk menangani data dalam skala besar.
Kekurangan
1. Sistem
sentralisasi yang dianut oleh komputasi awan membuat seluruh informasi dalam
smart grid ditangani dalam satu awan. Artinya disini diperlukan spesifikasi
awan yang berbanding lurus dengan besarnya sistem yang dilayani oleh smart
grid. Makin besar sistem, makin besar bandwidth yang diperlukan dan makin
tinggi spesifikasi server yang harus terpasang. Hal ini akan berdampak pada
biaya instalasi dan biasa pemeliharaan terhadap infrastruktur awan terpasang.
2. Komputasi
awan adalah teknologi distribusi baru sehingga memerlukan personel operator yang
bisa beradaptasi dengan teknologi baru ini. Training personel akan diperlukan
dalam beberapa sisi dan rekruitmen personel akan menstabilkan bagian khusus di
awan. Nara sumber akan diperlukan untuk melakukan penyesuaian dalam beberapa
expert sistem. Pengelolaan energi perlu
dilakukan mengingat sumber energi semakin menipis, contohnya bahan bakar fosil.
Juga meningkatnya efek rumah kaca. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengelolaan energi
cerdas yang merupakan pengembangan dari konsep sebelumnya, agar dapat
meningkatkan efektivitas penggunaan energi. Dengan ini akan dilakukan
pengendalian secara menyeluruh terhadap seluruh variable dari sisi pembangkitan
sampai sisi pengguna akhir.
Keberadaan pembangkit energi alternative
memunculkan variable-variabel baru dalam jaringan penyebaran listrik yang
meminta peninjauan kembali keseimbangan pengasupan energi dari pembangkit
berbeda untuk menjaga permintaan listrik tetap stabil. Pengelolaan energi ini
disebut smart grid.
Cloud computing diaplikasikan
dalam sistem smart grid ini untuk mengakomodir semua variable smart grid dalam
satu operasi yang dapat diakses darimana saja, dan dapat memuat semua media,
data dan aplikasi yang dibutuhkan client dalam satu server sehingga apa yang
perlu dilakukan oleh client adalah cukup sekedar input data dan atau menerima
outputnya. Hal ini didasari oleh teknologi distributed computing atau dengan
grid computing.
Smart grid adalah istilah untuk
pemodernisasian sistem pengelolaan enrgi listrik yang dapat dimonitor, dijaga
dan dioptimalkan operasi antar elemen interkoneksinya. Mengimplementasikan cloud
computing kedalam sistem yatu dengan menghubungkan komponen-komponen smart grid
kedalam satu jaringan komputasi, kemudian setiap komponen tersebut berinteraksi
dan saling memberikan informasi mengenai tiap titik pengamatan. Dengan cloud
computing maka sistem smart grid akan ditambahkan beberapa pusat data, yaitu :
panel pengamatan, panel operasi, pusat data, dan antar muka pengalamatan dan control.
Kelebihan dan kekurangan
implementasi cloud computing dalam sistem smart grid
Kelebihan
1. Sistem
komunikasi awan akan memfasilitasi sistem keamanan sentral dan mengakomodasi
pembaharuan media masa depan dengan kemudahan upgrade sistem, juga membantu
pengembangan interopable sistem.
2. Komputasi
awan mampu memberikan suatu sistem yang menjamin kerahasiaan, integritas, dan
ketersediaan.
3. Manajemen
data termasuk seperti identifikasi data, validasi, akurasi, updating,
time-tagging, konsistensi antar
database, dll. Merupakan manajemen real time yang dimudahkan dengan pemusatan
data di komputasi awan. Teknik dan model data seperti data-warehousing dan data
mining sering diterapkan untuk menangani sejumlah besar sinkronisasi dan
rekonsiliasi yang diperlukan diantara
database yang telah ada dan database yang baru muncul. Komputasi awan juga
terspesialisasi untuk menangani data dalam skala besar.
Kekurangan
1. Sistem
sentralisasi yang dianut oleh komputasi awan membuat seluruh informasi dalam
smart grid ditangani dalam satu awan. Artinya disini diperlukan spesifikasi
awan yang berbanding lurus dengan besarnya sistem yang dilayani oleh smart
grid. Makin besar sistem, makin besar bandwidth yang diperlukan dan makin
tinggi spesifikasi server yang harus terpasang. Hal ini akan berdampak pada
biaya instalasi dan biasa pemeliharaan terhadap infrastruktur awan terpasang.
2. Komputasi
awan adalah teknologi distribusi baru sehingga memerlukan personel operator yang
bisa beradaptasi dengan teknologi baru ini. Training personel akan diperlukan
dalam beberapa sisi dan rekruitmen personel akan menstabilkan bagian khusus di
awan. Nara sumber akan diperlukan untuk melakukan penyesuaian dalam beberapa
expert sistem. Pengelolaan energi perlu
dilakukan mengingat sumber energi semakin menipis, contohnya bahan bakar fosil.
Juga meningkatnya efek rumah kaca. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengelolaan energi
cerdas yang merupakan pengembangan dari konsep sebelumnya, agar dapat
meningkatkan efektivitas penggunaan energi. Dengan ini akan dilakukan
pengendalian secara menyeluruh terhadap seluruh variable dari sisi pembangkitan
sampai sisi pengguna akhir.
Keberadaan pembangkit energi alternative
memunculkan variable-variabel baru dalam jaringan penyebaran listrik yang
meminta peninjauan kembali keseimbangan pengasupan energi dari pembangkit
berbeda untuk menjaga permintaan listrik tetap stabil. Pengelolaan energi ini
disebut smart grid.
Cloud computing diaplikasikan
dalam sistem smart grid ini untuk mengakomodir semua variable smart grid dalam
satu operasi yang dapat diakses darimana saja, dan dapat memuat semua media,
data dan aplikasi yang dibutuhkan client dalam satu server sehingga apa yang
perlu dilakukan oleh client adalah cukup sekedar input data dan atau menerima
outputnya. Hal ini didasari oleh teknologi distributed computing atau dengan
grid computing.
Smart grid adalah istilah untuk
pemodernisasian sistem pengelolaan enrgi listrik yang dapat dimonitor, dijaga
dan dioptimalkan operasi antar elemen interkoneksinya. Mengimplementasikan cloud
computing kedalam sistem yatu dengan menghubungkan komponen-komponen smart grid
kedalam satu jaringan komputasi, kemudian setiap komponen tersebut berinteraksi
dan saling memberikan informasi mengenai tiap titik pengamatan. Dengan cloud
computing maka sistem smart grid akan ditambahkan beberapa pusat data, yaitu :
panel pengamatan, panel operasi, pusat data, dan antar muka pengalamatan dan control.
Kelebihan dan kekurangan
implementasi cloud computing dalam sistem smart grid
Kelebihan
1. Sistem
komunikasi awan akan memfasilitasi sistem keamanan sentral dan mengakomodasi
pembaharuan media masa depan dengan kemudahan upgrade sistem, juga membantu
pengembangan interopable sistem.
2. Komputasi
awan mampu memberikan suatu sistem yang menjamin kerahasiaan, integritas, dan
ketersediaan.
3. Manajemen
data termasuk seperti identifikasi data, validasi, akurasi, updating,
time-tagging, konsistensi antar
database, dll. Merupakan manajemen real time yang dimudahkan dengan pemusatan
data di komputasi awan. Teknik dan model data seperti data-warehousing dan data
mining sering diterapkan untuk menangani sejumlah besar sinkronisasi dan
rekonsiliasi yang diperlukan diantara
database yang telah ada dan database yang baru muncul. Komputasi awan juga
terspesialisasi untuk menangani data dalam skala besar.
Kekurangan
1. Sistem
sentralisasi yang dianut oleh komputasi awan membuat seluruh informasi dalam
smart grid ditangani dalam satu awan. Artinya disini diperlukan spesifikasi
awan yang berbanding lurus dengan besarnya sistem yang dilayani oleh smart
grid. Makin besar sistem, makin besar bandwidth yang diperlukan dan makin
tinggi spesifikasi server yang harus terpasang. Hal ini akan berdampak pada
biaya instalasi dan biasa pemeliharaan terhadap infrastruktur awan terpasang.
2. Komputasi
awan adalah teknologi distribusi baru sehingga memerlukan personel operator yang
bisa beradaptasi dengan teknologi baru ini. Training personel akan diperlukan
dalam beberapa sisi dan rekruitmen personel akan menstabilkan bagian khusus di
awan. Nara sumber akan diperlukan untuk melakukan penyesuaian dalam beberapa
expert sistem. Pengelolaan energi perlu
dilakukan mengingat sumber energi semakin menipis, contohnya bahan bakar fosil.
Juga meningkatnya efek rumah kaca. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengelolaan energi
cerdas yang merupakan pengembangan dari konsep sebelumnya, agar dapat
meningkatkan efektivitas penggunaan energi. Dengan ini akan dilakukan
pengendalian secara menyeluruh terhadap seluruh variable dari sisi pembangkitan
sampai sisi pengguna akhir.
Keberadaan pembangkit energi alternative
memunculkan variable-variabel baru dalam jaringan penyebaran listrik yang
meminta peninjauan kembali keseimbangan pengasupan energi dari pembangkit
berbeda untuk menjaga permintaan listrik tetap stabil. Pengelolaan energi ini
disebut smart grid.
Cloud computing diaplikasikan
dalam sistem smart grid ini untuk mengakomodir semua variable smart grid dalam
satu operasi yang dapat diakses darimana saja, dan dapat memuat semua media,
data dan aplikasi yang dibutuhkan client dalam satu server sehingga apa yang
perlu dilakukan oleh client adalah cukup sekedar input data dan atau menerima
outputnya. Hal ini didasari oleh teknologi distributed computing atau dengan
grid computing.
Smart grid adalah istilah untuk
pemodernisasian sistem pengelolaan enrgi listrik yang dapat dimonitor, dijaga
dan dioptimalkan operasi antar elemen interkoneksinya. Mengimplementasikan cloud
computing kedalam sistem yatu dengan menghubungkan komponen-komponen smart grid
kedalam satu jaringan komputasi, kemudian setiap komponen tersebut berinteraksi
dan saling memberikan informasi mengenai tiap titik pengamatan. Dengan cloud
computing maka sistem smart grid akan ditambahkan beberapa pusat data, yaitu :
panel pengamatan, panel operasi, pusat data, dan antar muka pengalamatan dan control.
Kelebihan dan kekurangan
implementasi cloud computing dalam sistem smart grid
Kelebihan
1. Sistem
komunikasi awan akan memfasilitasi sistem keamanan sentral dan mengakomodasi
pembaharuan media masa depan dengan kemudahan upgrade sistem, juga membantu
pengembangan interopable sistem.
2. Komputasi
awan mampu memberikan suatu sistem yang menjamin kerahasiaan, integritas, dan
ketersediaan.
3. Manajemen
data termasuk seperti identifikasi data, validasi, akurasi, updating,
time-tagging, konsistensi antar
database, dll. Merupakan manajemen real time yang dimudahkan dengan pemusatan
data di komputasi awan. Teknik dan model data seperti data-warehousing dan data
mining sering diterapkan untuk menangani sejumlah besar sinkronisasi dan
rekonsiliasi yang diperlukan diantara
database yang telah ada dan database yang baru muncul. Komputasi awan juga
terspesialisasi untuk menangani data dalam skala besar.
Kekurangan
1. Sistem
sentralisasi yang dianut oleh komputasi awan membuat seluruh informasi dalam
smart grid ditangani dalam satu awan. Artinya disini diperlukan spesifikasi
awan yang berbanding lurus dengan besarnya sistem yang dilayani oleh smart
grid. Makin besar sistem, makin besar bandwidth yang diperlukan dan makin
tinggi spesifikasi server yang harus terpasang. Hal ini akan berdampak pada
biaya instalasi dan biasa pemeliharaan terhadap infrastruktur awan terpasang.
2. Komputasi
awan adalah teknologi distribusi baru sehingga memerlukan personel operator yang
bisa beradaptasi dengan teknologi baru ini. Training personel akan diperlukan
dalam beberapa sisi dan rekruitmen personel akan menstabilkan bagian khusus di
awan. Nara sumber akan diperlukan untuk melakukan penyesuaian dalam beberapa
expert sistem.
tulisan ini merupakan review dari jurnal berjudul Cloud Computing untuk Mendukung Aplikasi Smart Grid oleh Tinton Dwi Atmaja dan Dadan Ridwan Saleh